bermimpi buruk setidaknya sekali dalam sebulan. Mimpi buruk bisa
membuat kita tiba-tiba terbangun, merasa pusing, lelah dan tidur jadi
tidak bermutu. Konsumsi obat, gen tidak sempurna, penyakit saraf
degeneratif seperti alzheimer, dan peristiwa traumatis bisa menyebabkan
mimpi buruk. Begadang dan stres juga mudah terbawa hingga malam dan
muncul dalam bentuk mimpi buruk.
Orang dengan kepribadian terbuka dan sensitif, mungkin memiliki batas
tipis antara mimpi dan kenyataan. Karena itu, kejadian buruk di siang
hari bisa hadir ketika malam dalam rupa mimpi buruk.
"Mimpi buruk adalah mimpi yang bersifat disfungsional," kata Dr. Sylvia
D. Elvira, Sp.KJ(K), spesialis kesehatan jiwa dari RS Sahid Sahirman,
Jakarta.
Saat kita berusaha menenangkan perasaan dan meredakan emosi negatif,
otak memprosesnya. Dan proses itu justru muncul saat kita tidur lewat
mimpi buruk. "Jika Anda mengalami kecelakaan mobil misalnya, Anda
mungkin tidak dapat segera mengatasi rasa trauma dan emosi negatif yang
muncul. Mimpi buruk pun akan mudah muncul," katanya.
Mimpi buruk menurutnya adalah tangisan dalam bentuk lain. Terkadang
mimpi buruk bisa membantu seseorang mencari resolusi untuk mengatasi
masalah dan trauma yang dihadapi. Namun, jika mimpi buruk tak kunjung
hilang selama berhari-hari, "Cobalah berkonsultasi dengan psikolog atau
psikiater," ujarnya.
Rapid Eye Movement
Menurut para peneliti, mimpi buruk biasa merupakan cara otak membantu
kita meregulasi emosi negatif. Bila ada kesalahan dalam proses regulasi
tersebut, akan mewujud sebagai mimpi yang mengerikan (nightmare).
Penelitian di bidang psikologi dan aktivitas otak yang berkaitan dengan
mimpi, telah menunjukkan kunci-kunci mengapa tidur kita kerap dipenuhi
bayangan aneh bahkan menakutkan. Berdasarkan tulisan Drs. Ross Levin
dan Tore Nielsen dalam jurnal Current Directions in Psychological Science,
rangkaian mimpi buruk menjadi bagian dari metode otak dalam mengolah
emosi. Pengaturan emosi itu mungkin merupakan fungsi utama dari fase
tidur Rapid Eye Movement (REM), tahap tidur di mana sebagian besar mimpi muncul.
Dr. Sylvia mengatakan, berbeda dengan mimpi pada umumnya, mimpi yang mengerikan (nightmare),
secara teknis merupakan mimpi buruk yang bisa membangunkan kita dari
tidur. Hal ini bisa terjadi saat proses regulasi emosi berjalan salah.
"Mimpi buruk bukanlah hal yang tidak wajar. Banyak studi menunjukkan,
sebagian besar mimpi kita bukanlah mimpi yang menyenangkan," ujarnya.
Dijelaskan Dr. Sylvia, mimpi atau tahapan REM berfungsi untuk mengolah
memori yang menakutkan. Dengan begitu, sistem tidak kewalahan. Sebagian
dari ingatan kita akan dimasukkan ke dalam satu ruangan dan menyatu.
Hal ini menempatkan mimpi-mimpi dalam satu konteks baru dan menyebarkan
ketakutan yang ada.
"Dalam tahap tidur REM, aktivitas di bagian tertentu otak, termasuk
sistem limbik yang terlibat dalam proses pengaturan emosi dan memori,
naik dan turun drastis," katanya. Prof. Dr. Yusti Probowati, psikolog
dan Ketua Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia, menyatakan bahwa dalam
mimpi yang mengerikan, saat terbangun, bisa mengganggu proses emosi
pemimpi. Dengan terbangun, orang yang bermimpi merasa lebih baik,
terapi hal itu bisa memaksa hadirnya perasaan bahwa ancaman dalam mimpi
itu benar-benar nyata.
Berdasarkan hasil penelitian, 85 persen orang dewasa pernah mengalami
nightmare paling tidak sekali setahun. "Mimpi yang mengerikan ini hanya
akan jadi masalah jika sampai mengganggu aktivitas seseorang di siang
hari," katanya.
Mereka yang cenderung cemas jika menghadapi situasi penuh tekanan, berisiko lebih tinggi mengalami nightmare.
Mimpi-mimpi ini bisa membuat mereka lebih stres setelah bangun.
Akibathya, mereka akan mengalami lebih banyak lagi mimpi buruk.
Terapi Imagery Rehearsal
Mimpi buruk yang terus terjadi bersifat mengganggu dan bisa memicu
insomnia serta gangguan lain di siang hari, termasuk depresi,
kecemasan, gangguan memori, mudah march, serta gangguan konsentrasi.
Jika Anda mengalaminya, carilah pengobatan. Terapi yang dikenal dengan Imagery Rehearsal Therapy (IRT), bisa membantu mengaami gangguan mimpi buruk dan insomnia.
Seperti dirilis Foxnews, IRT adalah terapi tanpa obat yang
dikembangkan Dr. Barry Krakow. Proses terapi meliputi penerangan
mengenai faktor penyebab mimpi buruk, cara menerapkan pola tidur yang
sehat dan efektif, cara membayangkan mimpi yang diinginkan, menuliskan
kembali mimpi melalui teknik membayangkan, serta mempelajari teknik
menenangkan pikiran dan mengontrol stres.
Studi menunjukkan, IRT efektif mengobati pasien yang bermimpi secara
teratur maupun yang mengalami mimpi buruk akibat trauma (Post-Traumatic
Stress Disorder/PTSD). Beberapa pasien melaporkan mengalami perbaikan
mood dan bisa beraktivitas jauh lebih baik di siang hari.
Hobi Begadang
Bunga tidur atau mimpi, dijelaskan Dr. Sylvia, biasanya semakin positif
dengan semakin dalamnya tidur kita. Saat kita terbangun, tubuh akan
terasa lebih segar dan mood lebih baik. Namun, ketika dilanda stres,
tidur tak lagi nyenyak karena kita akan Bering terbangun. "Proses tidur
akan terbanguu, sehingga mimpi-mimpi buruk lebih sering datang,"
katanya.
Kebiasaan begadang atau menunda waktu tidur hingga larut malam diduga
kuat menjadi penyebab mimpi buruk. Kesimpulan para peneliti dari Turki
itu berdasarkan survei atas kebiasaan tidur dan mimpi yang dialami 264
responden, laki-laki dan perempuan. Mereka yang sering begadang dan
sulit bangun pagi memiliki frekuensi mimpi buruk 70 persen lebih tinggi
daripada responden yang tidur cukup dan bangun pagi. Para peneliti
juga menemukan, orang yang hobi begadang lebih sulit melanjutkan tidur
setelah terbangun akibat mimpi buruk ketimbang "si morning person".
Mengapa begadang menyebabkan mimpi buruk? Para peneliti belum
mengetahui dengan jelas, terapi diduga karena stres. "orang yang sering
begadang memiliki kadar hormon stres tinggi yang bisa mengacaukan cara
otak menyimpan memori selama fase tidur REM. Hal itu membuat otak
menafsirkan memori sebagai mimpi yang menakutkan," kata Yavuz Selvi,
peneliti di Universitas Arizona, AS.
Untuk menghalau stres, lakukan rileksasi di sela-sela kesibukan dan
buatlah prioritas masalah yang harus diselesaikan. Membiasakan diri
tidur cukup setiap hari akan menjauhkan dari kelelahan dan stres.
Mungkin Tanda Parkinson
Para peneliti dari Neurology Department of the Hospital Clinic di
Barcelona, Spanyol, menyatakan bahwa orang yang mengalami mimpi buruk
dan berteriak atau menangis saat tidur akan mengalami kondisi lebih
buruk dalam lima tahun mendatang. Mereka yang menderita kondisi REM sleep disturbance, meliputi gerakan tiba-tiba menendang saat mimpi buruk, kemungkinan akan mengarah pada parkinson atau dementia.
Normalnya, pada saat tidur, tubuh seolah lumpuh karena otak mematikan
fungsi otot-otot, sehingga memungkinkan tubuh beristirahat dengan baik.
Nah, hal ini tidak terjadi pada mereka yang mengalami gangguan REM.
Mereka seringkali bergerak scat bermimpi.
Tim yang dipimpin Dr. Alex Iranzo menemukan, seperlima dari 60 orang yang mengalami mimpi buruk disertai REM sleep disturbance mengarah pada parkinson dan penyakit degeneratif lain, seperti levy body dementia. Temuan yang diterbitkan dalam jurnal Neurology Lancet
ini mengindikasikan, gangguan tidur dapat menjadi tanda awal penyakit
otak. Penemuan ini diharapkan dapat membantu dokter mendiagnosis
kondisi pasien jauh lebih awal dan memungkinkan pasien mendapat
perawatan lebih baik.
Dr. Alex beserta timnya memantau 43 pasien berusia di atas 60 tahun yang didiagnosis menderita REM sleep disturbance. Peneliti menemukan, 30 persen pasien ini sejak dua setengah tahun setelah didiagnosis mengalami gangguan tidur.
Di dalam tubuh penderita tidak memiliki cukup zat kimia dopamin karena
beberapa sel saraf di otak telah mati. Tanpa dopamin, gerakan mereka
menjadi lambat. Mereka juga bingung dan kehilangan memori.
Penelitian terbaru di Spanyol ini mendukung riset sebelumnya di Amerika
Serikat yang juga menyatakan bahwa menendang atau memukul saat tidur
bisa menjadi bagian dari tanda-tanda awal parkinson.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar