Si Anak Rumahan
Cupu, kuper, manja. Inilah sebutan yang biasa kita dengar untuk si anak rumahan. Hehehe. Namanya juga anak rumahan, tentu saja jarang keluar rumah. Pulang sekolah, penginnya di rumah saja. Malas mau ke mana-mana lagi. Sebenarnya bagus atau nggak sih jadi anak rumahan?
Untungnya:
Family time
Serunya jadi anak rumahan itu, punya waktu lebih banyak bareng keluarga. Kita jadi lebih sering ketemu papa, mama, kakak, adik. Kita pun bisa melakukan fun activity bareng keluarga. Misalnya bantuin mama bikin kue atau memasak, lalu makan malam bersama, kemudian lanjut ngobrol sambil nonton film bareng deh.
Fasilitas lengkap!
Coba pikirkan, ada nggak tempat lain yang punya fasilitas lengkap selain di rumah? Mau makan, semuanya sudah tersedia di meja makan. Mau nonton tv kita bisa memilh program teve atau film yang kita suka dan semuanya gratis. Jagi nggak boros deh, soalnya semuanya sudah tersedia di rumah.
Me time
Selain lebih banyak waktu buat keluarga, kita juga bisa meluangkan waktu buat diri sendiri. Misalnya baca buku atau mendengarkan musik di kamar. Kita bebas melakukan apapun yang kita mau di rumah, tanpa ada yang melarang.
Nggak enaknya:
Kuper alias kurang pergaulan
Malas keluar rumah, bikin kita jadi malas bergaul. Kita jarang ngobrol atau bersenang-senang sama teman-teman deh. Kita jadi nggak tahu gosip terbaru dari teman-teman kita. Selain itu, kita juga bisa dianggap sulit bergaul.
Jarang diajak hangout
Tiap kali diajak hangout, alasannya selalu sama. Intinya, malas keluar rumah deh. Nah, karena keseringan menolak, kita jadi jarang diajak hangout sama sobat deh. Sekali atau dua kali sih masih wajar dan sobat masih bisa maklum. Tapi kalau sampai berkali-kali, sobat sudah malas mendengarkan alasan kita.
Waktu main dibatasi
Sekalinya kita pamitan mau main sama teman-teman, ortu malah jadi overprotective atau terkesan terlalu melindungi. Setiap jam. ortu memantau kita dari rumah lewat telpon. Kalau begini terus, waktu hangout kita jadi dibatasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar